Jumat, 27 Agustus 2010

Persimpangan

Christy Sondey


Aku menangkapnya pada persimpangan jalan yang pertama. Untuk saat itu aku hanya berpikir menikmati perjalanan ini dengan santai. Tanpa beban itulah aku. Tapi apa sungguh tak ada yang luput dari rasa ini. Entah hanya jalan ini yang akan mencatatnya.


Pertama pada tahun ini adalah kepenatan. Aku bersimpati padamu dan kurasa kau membalasnya dengan tantangan. Aku tak sombong. Tapi ku tahu pertama kali kita bertemu dan berkata apa maksudku dan apa maumu.. kau jatuh hati padaku ! Tapi adalah kesalahan besar diriku ketika dengan begitu cepat menyadari kemenangan kala pertama itu. Dan adalah kekalahan yang terlalu cepat juga untukmu untuk membiarkan waktu itu tidak ada sebuah jawaban yang kongkrit.


Beberapa minggu kemudiaan aku meneleponmu. Dan kau berkata benarkah ini aku.. untuk memastikannya aku sebut namaku p.e.r.s.i.m.p.a.n.g.a.n lalu kau tertawa dan berkata bahwa kau hanya salah seorang penumpang yang kebetulan melewati persimpangan itu denganku. dan aku menjawab persimpangan itu cuma untuk kita berdua.


Aku menangkapnya pada persimpangan jalan yang pertama. Itu saat aku membalikkan tubuhku ke belakang. Dengan berharap ada pandangan, aku menanti kehadiran seseorang.

Siang ini aku melihatmu lagi. Benar itu kau… dan benar-benar kau indah adanya. Lebih dari pada sebuah metafora mengenai keindahan, kau berjalan dalam keagungan, lalu kemudian menikam tepat hati ini.


Seperti hari-hari yang lalu, aku masih menunggu.

Pada setiap detik jam yang berputar ku semaikan rasa cintaku padamu. Berharap ini menjadi pohon kehidupan yang buah cintanya akan dipetik oleh kita berdua kala kau & aku nyatakan semuanya.

Ingatkah kau saat kita hanya memandang dinding putih atau orang-orang yang hampir sama di setiap perjumpaan kita ? Pasti, kau mengingatnya. Sebab semua itu yang mengajarkan aku & kau mengenai sebuah ketidakpastian

Aku agak lancang mengatakan ini sebuah ketidakpastian. Dan kau pasti bertanya apa itu ketidakpastian ?

KETIDAKPASTIAN

(Aku akan menyebutnya dari huruf paling awal sampai akhir jika kau ada saat ku ketik kata ini)

KETIDAKPASTIAN adalah 2 kata gabungan TIDAK & PASTI yang mendapat afiksasi ; prefiks (ke),sufiks (an). Artinya adalah sesuatu yang mengantung, bersifat tidak jelas menurut kamus pikiran diriku.

Dan, menurutku ketidakpastian antara kita berdua adalah antara kekalutanku mengatakan kata-kata. Lalu, ke-egoanmu untuk memutuskan ya atau tidak.

Aku lelaki, ego, dan schizoid[1]

Kelaki-lakian yang membungkus diriku adalah jaringan terbesar dari kejahatan ego yang menghasilkan schizoid. Berjaring, menyusun respon tak pasti. Hasilnya kekalutan dalam mengatakan kata-kata. Dan tragisnya, kehematan kata menjadi obat mujarab bagi penyakit ini.

Melebihi mimpi buruk, aku mengenalmu hanya dari nama p e r s i m p a n g a n


Aku menangkapnya pada persimpangan jalan yang pertama. Itu saat aku membalikkan tubuhku ke belakang. Dengan berharap ada pandangan, aku menanti kehadiran seseorang.

Pada perjumpaan itu, saat pesan elektronik mengambil peran psikologi, meneruskannya pada dentingan jam, bergerak menuntaskan sebuah penantian. Tercatat : aku berharap dikau mendapat kelegaan di hari ini. Sebab, kelegaan

telah lama berdiam menyertai diriku, dan aku bosan oleh kenyamanan

pada sebuah kelegaan.


Ini adalah kekasaran yang halus. Menghormati perasaan orang. Tepatnya sebuah pencegahan terhadap balas dendam. Hasilnya, kau mengamininya dengan pertemuan.

Itu tepat 3 November 2006. Aku mendapatiMU dalam keadaan yang siap menghancurkan ketidakpastian ini. Sambil Aku menyambut kesiapan ini dengan langkah seribu, tanggap, cermat dan sedikit kekakuan yang hanya menimbulkan ejekan dari beberapa berandal itu.

Tingkah laku yang ada, membentuk sebuah keseimbangan malam. Sebab kita tidak berpura-pura dalam berkata ; jujur, mengucap kata YA dengan tulus. Walupun kita mahkluk yang sama secara badaniah, namun kita tak terlarang mengambil cinta untuk hati dan hidup. Sama seperti manusia lain mengambilnya, kita juga punya hak.


Aku menangkapnya pada persimpangan jalan yang pertama. Ada iringan musik yang memperindah perjalanan ini. Percakapan antara aku dan teman seperjalananku adalah bunyi lain dalam perjalanan ini. Sambil dia masih duduk menawarkan seribu tanya dalam hatiku

Ketika tikungan jalan itu kita lewati aku mendapati kenyataan bahwa kita berdua berbeda dalam kata. Mungkin pada kata pertama atau kedua. Tapi tidak pada yang ketiga. Sama seperti dirimu yang lelaki dan aku lelaki, mengambil wujud pada kata ketiga yang sama terpikir dan diucapkan dengan benar. CINTA…



[1] Penyakit yang membuat seseorang mengasingkan diri. Diketahui melalui kesendirian dan ketidakmampuan

untuk memasuki suatu hubungan yang hangat. Mereka adalah orang-orang yang (sikap seseorang yang

selalu mau menyendiri) suka menyendiri yang hidup di dunia mimpi dan hanya memiliki sedikit keinginan

untuk menghadapi kenyataan

Gender dan Seksualitas di Indonesia

Esther Veronica



Indonesia sebagai suatu negara multikultural yang terdiri dari kepulauan dari Sabang sampai merauke yang kita sebut tanah air atau sering pula disebut ibu pertiwi, memiliki sejarah yang sama sebagai negara jajahan selama tiga setengah abad dan juga merupakan negara berkembang yang memegang sistem adat dan kekerabatan yang kental sehingga permasalahan “Gender dan Seksualitas” di Indonesia sudah berlangsung sejak lama dan mengalami proses yang cukup rumit.. Simbolisasi ibu pertiwi dapat kita artikan bahwa Indonesia mengagung-agungkan perempuan. Di masyarakat pedesaan Jawa misalnya, mempunyai mitos-mitos tentang Dewi Sri sebagai lambang kesuburan tanah pertanian, ada pula ungkapan yang mengatakan “Surga berasal dari telapak kaki ibu”, dapat kita artikan disini bahwa sebagian bangsa Indonesia telah menerima watak feminim sebagai image publik.

Tetapi sayangnya oleh pihak laki-laki, simbolisasi ini justru dijadikan alasan untuk melemahkan pihak perempuan. Kehidupan tradisi bangsa Indonesia yang sangat lekat pada sistem Patriarki ini menganggap perempuan harus ‘dilindungi’ dengan berada di rumah untuk melayani kebutuhan mereka. Peran reproduksi perempuan yang harus dijalankan yaitu menstruasi, melahirkan, menyusui, dijadikan alasan bahwa tempat yang cocok perempuan adalah berada di rumah. Simbolisasi lain yang menunjukkan bahwa perempuan termasuk dalam kelas subordinat adalah pada pengungkapan kata wanita, tanpa disadari kata wanita ini berasal dari bahasa jawa wanito yang merupakan akronim dari wani ditoto, yang berarti mau diatur.

Dalam hubungan seksual ataupun dalam kehidupan rumah tangga, seringkali perempuan dijadikan objek oleh suami dan bukan sebagai partner yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kekerasan seksual (marital rapes) ataupun kekerasan rumah tangga (domestic abuse), seringkali terjadi baik di masyarakat pedesaan ataupun perkotaan, baik dikalangan terdidik maupun yang tidak terdidik. Banyak sekali perempuan menerima perlakuan demikian tetapi tidak dapat berbuat apa-apa karena telah terbentuk konstruksi sosial di masyarakat bahwa seorang istri yang baik adalah istri yang sabar dan manut (mengalah) pada suami.

Sebenarnya dalam segi hukum, Indonesia sudah mengakui keberadaan perempuan sejak masa pemerintahan Soekarno, dalam pemilihan umum 1955, maupun untuk duduk dalam parlemen. Pada masa itu juga sudah ada UU yang bernuansa keadilan gender yaitu UU 80/1958, yang menentukan prinsip pembayaran yang sama untuk pekerjaan yang sama, tetapi pada kenyataanya perempuan tetap saja mengalami diskriminasi dalam pekerjaan (Darwin, 2005:30). Sebagai contoh buruh perempuan misalnya, mereka mendapatkan gaji yang lebih kecil daripada laki-laki, dan mereka tidak mendapatkan cuti haid walaupun itu sudah tertulis dalam Undang-Undang Kesejahteraan Pekerja. Selain itu juga tidak jarang diantara mereka yang mengalami pelecehan seksual di tempat-tempat kerja, baik secara fisik ataupun secara verbal. Tidak hanya di tempat kerja, dalam lingkungan keluarga sering kali mereka dipersalahkan hanya karena permasalahan kecil seperti, tidak menyiapkan sarapan pagi ataupun hanya karena anak yang rewel.

Singkat kata, hukum di Indonesia belum sepenuhnya dijalankan, ataupun perlu adanya perubahan dari segi hukum di Indonesia, yang belum sepenuhnya berpihak pada perempuan, misalnya saja bagi seorang pemerkosa hanya dihukum paling tidak 5 tahun penjara, padahal trauma akibat pemerkosaan itu akan dibawa perempuan seumur hidupnya. Lemahnya sistem hukum di Indonesia semakin menambah korban-korban kekerasan ataupun pelecehan terhadap perempuan. Salah satu contoh kasus lemahnya hukum yang berlaku di Indonesia adalah kasus yang banyak menyita perhatian nasional dan internasional adalah kasus pembunuhan terhadap Marsinah, seorang buruh perempuan, yang ditemukan tewas di areal persawahan dengan kondisi yang sangat mengenaskan, dalam posisi telanjang dan kelamin yang ditusuk kayu. Diduga sebelum dibunuh, Marsinah diperkosa beramai-ramai dan kemudian disiksa sampai mati. Kasus ini belum juga diselesaikan hingga sekarang.

Pada masa Soeharto ada juga perhatian untuk perempuan dalam mencapai kesetaraan, yaitu dengan dibentuknya Kementerian Muda Urusan Peranan Wanita pada Kabinet Pembangunan (1974). Dalam perkembangannya kementerian ini mengalami beberapa kali perubahan nama menjadi Menteri Negara Urusan peranan Wanita, dan terakhir menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Tetapi hal ini tidak didukung oleh pemimpin-pemimpin progresif dan cenderung pasif terhadap isu-isu perempuan yang sensitif. Pada skala Internasional, Indonesia juga mereupakan bagian dari Konvensi Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW). Indonesia meratifikasi konvensi ini melalui UU No 8 Tahun 1984. (Darwin, 2005, hal 30-31). Permasalahan perempuan juga merupakan urusan negara dan sudah seharusnya kita secara bersama-sama bersatu untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial, termasuk juga didalamnya permasalahan perempuan seperti pemerkosaan, kekerasaan rumah tangga, aborsi tidak aman, trafiking, dan lain sebagainya.

Secara umum perempuan Indonesia sekarang sudah mengalami kemajuan, meskipun dibeberapa tingkatan masih mengalami ketimpangan gender, seperti contoh akses pendidikan dan pekerjaan di jaman sekarang ini sudah sangat terbuka bagi perempuan, tetapi penyakit bawaan bahwa perempuan itu lemah, lembut, dan penurut masih dipertahankan. Sangat disayangkan sekali di jaman dimana segalanya serba ada dan canggih, perempuan justru mengalami kemunduran pola pikir, malahan dieksploitasi, dijadikan alat komoditi, seperti halnya di iklan-iklan ataupun produk-produk yang sebenarnya tidak berhubungan dengan tubuh perempuan seperti iklan rokok, mobil, motor, ataupun alat-alat rumah tangga. Digambarkan juga produk-produk dapur yang selalu di isi oleh perempuan, membentuk pola pikir khalayak penikmat media bahwa dapur adalah pekerjaan perempuan. Ibrahim dan Suranto (1998), memberi gambaran yang jelas bagaimana obyektifikasi dan eksploitasi terjadi, yang secara karikaturis dilukiskan pasa kutipan ungkapan Ariel Heryanto: “Di negeri kami tubuh perempuan bukan milik perempuan. Dada dan paha sudah dijatahkan biro iklan dan wartawan. Vagina dan Rahim adalah lahan resmi proyek nasional KB” (Darwin, 2005:26).

Selain dari segi hukum dan pemerintahan, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi perempuan tidak lepas dari peran masyarakat sipil. Salah satu bentuk organisasi masyarakat sipil adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Di Indonesia sendiri, berbagai LSM-LSM yang berkonsentrasi mengurusi permasalahan perempuan telah tumbuh subur di berbagai daerah di Indonesia. Tetapi dalam aktivitasnya, LSM tidak bekerja sendiri, tetapi juga harus bekerja sama dengan LSM-LSM lainnya yang memiliki perhatian yang sama, selain itu ada juga peran serta masyarakat dan juga dari pemerintahan. Jika sudah demikian maka akan terjadi kolaborasi yang sangat berarti bagi terciptanya suatu iklim sosial yang adil dan setara bagi laki-laki dan perempuan.

Tips Penulisan Kreatif

Dean Joe Kalalo


Sesuai dengan istilahnya, penulisan kreatif adalah proses menghasilkan sesuatu yang bersifat kreatif dalam bentuk tulisan. Hasil dari daya ciptanya bisa berupa puisi, novel, cerpen, skenario film, ataupun naskah drama. Sehingga penciptaan-penciptaan dalam bidang ini identik dengan karya fiksi. Sesuatu yang menjadi ciri khas dari karya penulisan kreatif adalah unsur-unsurnya yang kental dengan nilai-nilai estetis. Dalam hal lain, ada juga karya ilmiah maupun berita [tulisan jurnalis] yang ditulis seindah mungkin hingga menyerupai cara pemaparan dalam karya-karya sastra. Gaya seperti ini dikenal dengan teknik penulisan Feature. Sastrawan peraih nobel asal Amerika Ernest Hemingway yang juga seorang wartawan mulai mempopulerkan penulisan seperti ini.


Banyak orang-orang yang mengeluh akan sulitnya memulai menulis. Itu adalah hal wajar. Pengarang-pengarang besar bahkan mengatakan, tak seorangpun yang dilahirkan dengan bakat ini. Yang ada adalah orang-orang yang tak jenuh bekerja keras, dengan melatih diri setiap hari, sehingga benar-benar menjadi seorang penulis yang terus berkarya sampai lupa diri. Dan memang mengarang bukanlah hal mudah, namun bukan juga sesuatu yang tak mungkin tergapai. Penulis-penulis pemula yang kandas ditengah jalan biasanya karena begitu terpengaruh dengan gaya penulisan penulis-penulis besar. Ah, tulisanku mesti seperti Pramoedeya Ananta Toer. Atau gaya bercerita mesti seperti Orhan Pamuk. Langkah pertama, tulislah hal-hal yang dekat dengan dirimu. Pengalaman hidup, berbagai perasaan, sedih, gembira, marah, tumpahkan lewat tulisan. Untuk selanjutnya, baru kemudian berusaha menemukan gaya penulisan sendiri. Ini adalah bagian tersulit dalam dunia kepengarangan. Gaya penulisan akan ditemukan dengan membaca karya-karya sastra sebanyak mungkin, mempelajari bagaimana pengarang-pengarang besar mengemas ceritanya dengan cara bertutur yang indah, lugas, dan kaya akan nilai-nilai estetis. Dari situ akan kita temukan sebuah cara bercerita yang memang adalah ciri khas karya-karya kita.



Ada beberapa hal penting yang harus dimiliki seseorang ketika ia benar-benar memilih untuk menjadi pengarang yang serius. Hal yang pertama adalah penguasaan bahasa. Bahasa sebagai media yang digunakan tentu mempunyai peranan penting. Gunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti orang, karena kita menulis untuk dibaca oleh orang lain. Kemudian gunakan ejaan Bahasa indonesia yang baik dan benar. Seperti pengimbuhan-pengimbuhan yang tak jarang disalahtempatkan oleh banyak pengarang. Yang kedua, menguasai perbendaharaan kata. Usahakan hindari penggunaan kata-kata klise. Karena hal ini bisa membuat tulisan kita terasa membosankan. Untuk itu rajinlah membuka kamus besar bahasa indonesia dan mengoleksi kata-kata baru yang tidak lazim digunakan. Temukan artinya, dan gunakan pada materi tulisan kita. Atau kita bisa mencari kata-kata baru yang digunakan oleh penulis lain. Penulis-penulis ternama sering menggunakan kata-kata yang memiliki nuansa baru, agar tulisannya lebih terasa segar saat sampai ketangan pembaca. Yang ketiga, menyediakan waktu khusus untuk proses penulisannya. Untuk menulis tentu kita memerlukan waktu tersendiri. Kita bisa sisihkan dua atau tiga jam setiap hari untuk menulis. Entah sebelum tidur, atau kesempatan-kesempatan lain yang kita anggap pas untuk menulis. Disiplin seperti ini mesti dibiasakan sejak dini, agar kita terlatih dalam melakukan proses kreatif. Hal penting lain yang harus dimiliki pengarang adalah kepekaan dan wawasan yang luas. Ia harus peka terhadap situasi-situasi yang terjadi. Hal ini tidak lepas dengan wawasan yang dimiliki. Bisa pengetahuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Untuk mempunyai wawasan yang luas tentu kita harus rajin membaca, berdiskusi dengan orang lain, dan mengikuti berbagai perkembangan yang sedang terjadi.

Penulis yang tidak menulis setiap hari, adalah penulis amatir. Begitu kata Sidney Sheldon, Pengarang Novel pop terkenal yang sangat produktif. Ia mengaku menulis delapan jam setiap harinya. Sisanya adalah waktu untuk sosialisasi, membaca, dan istirahat. Membiasakan diri untuk berdisiplin seperti itu, sering menimbulkan mimpi buruk bagi setiap penulis, terutama mereka yang baru saja menyelami dunia kepengarangan. Dilema yang sering menjadi kendala adalah seringnya kita diperhadapkan pada situasi dimana kebuntuan menerobos dikepala, dan menyumbat mengalirnya ide-ide kreatif untuk berkarya. Semua pengarang rasanya pernah, bahkan sering mengalami situasi seperti ini. Ada beberapa petunjuk yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini. yang pertama, sediakanlah waktu untuk menyegarkan pikiran (refreshing). Kita bisa jalan-jalan disekitar rumah, mengelilingi pusat kota, atau pergi ketempat-tempat yang bisa memberikan inspirasi dan ide. Mendaki gunung misalnya. Jangan lupa pula untuk membawa sebuah catatan kecil. Agar ide yang muncul tidak lenyap begitu saja. Hal lain yang bisa dilakukan yaitu dengan membaca kembali karya-karya pengarang lain yang kita anggap menarik. Menyimak kembali tulisan-tulisan tersebut bisa merangsang Mood atau suasana hati yang asyik untuk mendorong kita kembali menulis.

Tentu petunjuk-petunjuk ini hanyalah sebagai motivator untuk mendorong kemauan kita agar tidak hanya berdiam diri tanpa menghasilkan sesuatu yang inovatif. Berhasil atau tidaknya kita dalam menulis, semua tergantung sampai sejauh mana konsistensi dan komitmen serta usaha kita akan terus berlangsung. Selamat menulis.