Rabu, 03 Agustus 2011
Puisi Karya Vick Chenorre: ''ia ese sisaku''
ia ketang sissaku
simaka su lengehe rosa
apang lempang,apang musuage
kanuku camboke limetahe su wadang
haghing lesse su mataku
dahaku timedo kakela pahihgi
laede
pakele
balake
dimenta susebaku
darleng napene dipelra
kebi taumata ni ilu naunge
pate,pate pate i sie
gelike si kami ringang kami!
oh kasiang
bou tampa marau
i mamaku nungelo
nu tehung si sia
seng nu liagha raha
kakela badangku
kare lai naung i mamaku
naghagede
i kau suapa?
kebe nau ia ketang si saku
ni randang su dalro taumata
madidi ia ene su tengong i sire
ia nitokole
sesa
haghing hinakang
haghing darohang
duku netanggong sisaku
karna ia kumendage si kemu
maning sebaku nilewang kere bango
nitebi dingang daleang
ia mang tatape dumaleng
ho dingang i kau mamaku
pakatape naung
kuhae kumia
kamageng ia mate
aa ko musule sau
mangala sikau dingang kebi taumata
yang mangimang si papaku
pu hapake
dingang pakakuate mo kaliomaneng
hombang ku seng marani
ni suang sukalu su bulude rosa.
(2007,april)
Sabtu, 18 Juni 2011
Sebuah Catatan yang Tersisa dari Produksi Republik Tikus
Oleh: Ie Hadi G
Produksi pertunjukan teater yang digagas Theater Club Manado (TCM) pada tanggal 4 Juni 2011 yang belum lama ini dihelat di Gedung Kesenian Pingkan Matindas Manado patutlah ditandai sebagai tonggak penting dari sejarah perteateran di Sulawesi Utara. Digawangi produser muda Paramitha Koagow dan wajah baru dari sosok sutradara Hans Liberty Makalew, naskah Republik Tikus karya Dean Joe Kalalo akhirnya berhasil dihadirkan sebagai sebuah sajian pertunjukan dengan warna yang berbeda.
Peranan TCM sejak berdiri tahun 2006 memang selalu berada sebagai penyelamat kancah perteateran Sulut; sejak mengalami fase sepi tatkala para praktisi teater Sulut hanya sibuk mengurusi lomba-lomba teater namun enggan menunjukkan eksistensi keseniannya yang lebih nyata melalui sebuah manejemen produksi yang digarap profesional, tanpa menempeli bentuk gelaran kegiatan lain.
Menurut Huruwaty Manengkey, mantan Direktur Umum TCM, sejauh ini organisasi teater yang bermarkas di Fakultas Sastra Unsrat Manado tersebut telah berhasil melakukan pentas produksi sebanyak lima kali.
Di antara kerunyaman penggarapan yang berkaitan dengan berbagai hal seperti tempat latihan, kedisiplinan tim produksi dan penyutradaraan, minimnya dana, serta beberapa kendala teknis lainnya; Republik Tikus (RT) tetaplah sebuah sajian pertunjukan yang paling dinantikan oleh publik seni pertunjukan di Sulut. Jenry Koraag, seorang pelaku seni sekaligus anggota Litbang TCM, mengakui pertunjukan RT telah mampu menjawab ‘kehausan’ kreatifitas Sulut. “Sekalipun masih banyak kekurangan secara teknis penggarapan, namun secara umum pertunjukan tersebut merupakan hal yang luar biasa”, papar Koraag.
Edy Saleh, salah satu penonton, mengungkapkan rasa salutnya terhadap langkah yang ditempuh TCM yang senantiasa berkiprah dan menjawab kerinduan banyak pihak yang senantiasa mengharapkan adanya pertunjukan teater seperti itu.
Sementara itu, Fredy Wowor, pelaku seni, mengatakan, “Yang saya apresiasi dari pertunjukan ini adalah kemampuan Theater Club yang bisa menghadirkan wajah-wajah baru di atas panggung”.(***)
Sabtu, 04 Juni 2011
Pentas Produksi Theater Club : "Republik Tikus"
Dalam rangka ulang tahunnya yang ke 5, Theater Club Manado menyelenggarakan pementasan produksi di Gedung Kesenian Pinkan Matindas Manado, 4 Juni 2011. Ulang tahunnya sendiri jatuh dua bulan sebelumnya, 30 April. Meski telah cukup jauh berselang, dengan segala keterbatasan Theater Club Manado tetap berusaha melaksanakan komitmennya untuk menggalakkan pementasan produksi teater secara intens di Manado. Naskah yang dipentaskan kali ini adalah “Republik Tikus” karya Dean Joe Kalalo. Pementasan disutradarai Hence Makalew dan Mitha Koagow sebagai pimpinan produksi.
Republik Tikus adalah parodi tentang sebuah negeri yang terus menerus bermimpi, terus menerus menggugat kebobrokan. Namun pada akhirnya, penjahat-penjahat baru selalu lahir menggantikan penjahat-penjahat lama yang ditumbangkannya. Tikus-tikus dilawan dengan tikus-tikus, dengan melahirkan tikus-tikus baru yang lebih buas dari sebelumnya. Pada pementasan produksi kali ini Theater Club mencoba mengeksplorasi jenis naskah parodi yang bernuansa surealis.
Langganan:
Postingan (Atom)