Jumat, 27 Agustus 2010

Tips Penulisan Kreatif

Dean Joe Kalalo


Sesuai dengan istilahnya, penulisan kreatif adalah proses menghasilkan sesuatu yang bersifat kreatif dalam bentuk tulisan. Hasil dari daya ciptanya bisa berupa puisi, novel, cerpen, skenario film, ataupun naskah drama. Sehingga penciptaan-penciptaan dalam bidang ini identik dengan karya fiksi. Sesuatu yang menjadi ciri khas dari karya penulisan kreatif adalah unsur-unsurnya yang kental dengan nilai-nilai estetis. Dalam hal lain, ada juga karya ilmiah maupun berita [tulisan jurnalis] yang ditulis seindah mungkin hingga menyerupai cara pemaparan dalam karya-karya sastra. Gaya seperti ini dikenal dengan teknik penulisan Feature. Sastrawan peraih nobel asal Amerika Ernest Hemingway yang juga seorang wartawan mulai mempopulerkan penulisan seperti ini.


Banyak orang-orang yang mengeluh akan sulitnya memulai menulis. Itu adalah hal wajar. Pengarang-pengarang besar bahkan mengatakan, tak seorangpun yang dilahirkan dengan bakat ini. Yang ada adalah orang-orang yang tak jenuh bekerja keras, dengan melatih diri setiap hari, sehingga benar-benar menjadi seorang penulis yang terus berkarya sampai lupa diri. Dan memang mengarang bukanlah hal mudah, namun bukan juga sesuatu yang tak mungkin tergapai. Penulis-penulis pemula yang kandas ditengah jalan biasanya karena begitu terpengaruh dengan gaya penulisan penulis-penulis besar. Ah, tulisanku mesti seperti Pramoedeya Ananta Toer. Atau gaya bercerita mesti seperti Orhan Pamuk. Langkah pertama, tulislah hal-hal yang dekat dengan dirimu. Pengalaman hidup, berbagai perasaan, sedih, gembira, marah, tumpahkan lewat tulisan. Untuk selanjutnya, baru kemudian berusaha menemukan gaya penulisan sendiri. Ini adalah bagian tersulit dalam dunia kepengarangan. Gaya penulisan akan ditemukan dengan membaca karya-karya sastra sebanyak mungkin, mempelajari bagaimana pengarang-pengarang besar mengemas ceritanya dengan cara bertutur yang indah, lugas, dan kaya akan nilai-nilai estetis. Dari situ akan kita temukan sebuah cara bercerita yang memang adalah ciri khas karya-karya kita.



Ada beberapa hal penting yang harus dimiliki seseorang ketika ia benar-benar memilih untuk menjadi pengarang yang serius. Hal yang pertama adalah penguasaan bahasa. Bahasa sebagai media yang digunakan tentu mempunyai peranan penting. Gunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti orang, karena kita menulis untuk dibaca oleh orang lain. Kemudian gunakan ejaan Bahasa indonesia yang baik dan benar. Seperti pengimbuhan-pengimbuhan yang tak jarang disalahtempatkan oleh banyak pengarang. Yang kedua, menguasai perbendaharaan kata. Usahakan hindari penggunaan kata-kata klise. Karena hal ini bisa membuat tulisan kita terasa membosankan. Untuk itu rajinlah membuka kamus besar bahasa indonesia dan mengoleksi kata-kata baru yang tidak lazim digunakan. Temukan artinya, dan gunakan pada materi tulisan kita. Atau kita bisa mencari kata-kata baru yang digunakan oleh penulis lain. Penulis-penulis ternama sering menggunakan kata-kata yang memiliki nuansa baru, agar tulisannya lebih terasa segar saat sampai ketangan pembaca. Yang ketiga, menyediakan waktu khusus untuk proses penulisannya. Untuk menulis tentu kita memerlukan waktu tersendiri. Kita bisa sisihkan dua atau tiga jam setiap hari untuk menulis. Entah sebelum tidur, atau kesempatan-kesempatan lain yang kita anggap pas untuk menulis. Disiplin seperti ini mesti dibiasakan sejak dini, agar kita terlatih dalam melakukan proses kreatif. Hal penting lain yang harus dimiliki pengarang adalah kepekaan dan wawasan yang luas. Ia harus peka terhadap situasi-situasi yang terjadi. Hal ini tidak lepas dengan wawasan yang dimiliki. Bisa pengetahuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Untuk mempunyai wawasan yang luas tentu kita harus rajin membaca, berdiskusi dengan orang lain, dan mengikuti berbagai perkembangan yang sedang terjadi.

Penulis yang tidak menulis setiap hari, adalah penulis amatir. Begitu kata Sidney Sheldon, Pengarang Novel pop terkenal yang sangat produktif. Ia mengaku menulis delapan jam setiap harinya. Sisanya adalah waktu untuk sosialisasi, membaca, dan istirahat. Membiasakan diri untuk berdisiplin seperti itu, sering menimbulkan mimpi buruk bagi setiap penulis, terutama mereka yang baru saja menyelami dunia kepengarangan. Dilema yang sering menjadi kendala adalah seringnya kita diperhadapkan pada situasi dimana kebuntuan menerobos dikepala, dan menyumbat mengalirnya ide-ide kreatif untuk berkarya. Semua pengarang rasanya pernah, bahkan sering mengalami situasi seperti ini. Ada beberapa petunjuk yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini. yang pertama, sediakanlah waktu untuk menyegarkan pikiran (refreshing). Kita bisa jalan-jalan disekitar rumah, mengelilingi pusat kota, atau pergi ketempat-tempat yang bisa memberikan inspirasi dan ide. Mendaki gunung misalnya. Jangan lupa pula untuk membawa sebuah catatan kecil. Agar ide yang muncul tidak lenyap begitu saja. Hal lain yang bisa dilakukan yaitu dengan membaca kembali karya-karya pengarang lain yang kita anggap menarik. Menyimak kembali tulisan-tulisan tersebut bisa merangsang Mood atau suasana hati yang asyik untuk mendorong kita kembali menulis.

Tentu petunjuk-petunjuk ini hanyalah sebagai motivator untuk mendorong kemauan kita agar tidak hanya berdiam diri tanpa menghasilkan sesuatu yang inovatif. Berhasil atau tidaknya kita dalam menulis, semua tergantung sampai sejauh mana konsistensi dan komitmen serta usaha kita akan terus berlangsung. Selamat menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar