Dean Joe Kalalo
Peksiminas, atau Pekan Seni Mahasiswa Nasional adalah ajang perlombaan seni yang mencakup bermacam tangkai lomba seperti Pembacaan Puisi, Pementasan Monolog, Film Pendek, Tari, Menyanyi dll. Pagelaran Ini diadakan setiap dua tahun sekali dan diikuti oleh mahasiswa di seluruh Indonesia yang memiliki bakat seni melalui seleksi yang dilakukan di tingkat daerah. Dalam beberapa tahun terakhir Universitas Sam Ratulangi selalu berpartisipasi melalui beberapa tangkai lomba yang dianggap unggul untuk diusung di tingkat nasional. Dua dari beberapa tangkai lomba unggul itu adalah Pembacaan Puisi dan Pementasan Monolog.
Melalui seleksi tingkat daerah yang cukup ketat, pada peksiminas 2010 yang berlangsung Di Pontianak, (26 Juli - 2 Agustus 2010) Universitas Sam Ratulangi kembali mewakili Sulawesi Utara untuk tangkai lomba Monolog dan Baca Puisi. Keberhasilan ini tentu disambut antusias para peserta maupun pelaku-pelaku seni yang selama ini berjuang keras menggodok dan melatih seniman-seniman muda agar mampu unjuk gigi dan menunjukkan bahwa seni Sulawesi Utara tak boleh dipandang sebelah mata. Bahkan Ie Hadi G, sutradara yang menangani tangkai lomba monolog, rela bersusah payah melatih para peserta tanpa sedikitpun meminta bayaran dari pihak Universitas. Namun cita-cita mulia para seniman untuk unjuk prestasi di tingkat nasional ternyata bertepuk sebelah tangan dengan keseriusan pihak Birokrat Kampus.
Dalam persiapan keberangkatan kontingen, tiba-tiba saja pihak UNSRAT mengkonfirmasi bahwa peserta lomba Monolog dan Baca Puisi, akan berangkat tanpa pelatih. Informasi yang segera membuat banyak orang geleng-geleng kepala tak percaya. Bayangkan saja, sebuah perlombaan seni tingkat nasional, peserta yang akan mewakili Sulawesi Utara dibiarkan terlantar tanpa pelatih. Siapapun tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi ketika peserta Monolog dari Sulawesi Utara dipanggil di atas panggung dan tidak ada pelatih maupun kru ahli yang akan menyiapkan setting properti dan artistik.
Pihak rektorat melalui salah satu pegawainya mengatakan, setting make up, properti dan artistik panggung diberitahukan saja kepada pegawai-pegawai UNSRAT yang akan berangkat, dan nanti akan ditangani oleh mereka. Seolah-olah penyiapan konsep artistik panggung adalah pekerjaan anak kecil yang bisa dilakukan oleh semua orang. Penyiapan artistik untuk lomba monolog bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu praktisi ahli yang mengerti teknik tata panggung, komposisi properti, lightning, maupun tata make up untuk aktor. Selain itu, latihan untuk aktor Monolog dan pembaca puisi harus terus dilakukan bahkan hingga beberapa menit sebelum lomba dimulai. Lalu siapa yang akan melatih mereka nanti di sana?.
Menilik pengalaman Peksiminas di Jambi dua tahun lalu, kontingen Jawa Timur yang meraih juara 1 untuk tangkai lomba monolog, membawa tak kurang dari 25 personel (pelatih dan kru ahli), yang menangani aktor maupun artistik panggung. Dan bayangkan saja, untuk tahun ini, Sulawesi Utara tak mengirimkan satu pelatih pun!. Ketika pihak peserta melakukan dialog dengan pihak Rektorat UNSRAT, dalam hal ini Kepala Bagian Kemahasiswaan, hasil yang diperoleh tetap sama, tak ada pelatih yang akan berangkat. Pihak Rektorat beralasan bahwa dana yang ada tidak mencukupi untuk membiayai tiket pelatih yang hanya satu orang saja itu. Alasan ini sungguh membuat siapapun tertawa geli. Tiket untuk pelatih yang akan menggodok peserta tidak disiapkan, sementara sejumlah pegawai UNSRAT yang tidak jelas fungsinya dalam kegiatan ini ikut diberangkatkan. Lagi-lagi pihak Universitas berdalih bahwa pegawai-pegawai itu perlu diberangkatkan untuk mengurusi penginapan hotel, pengurusan tiket, dan keperluan-keperluan tidak penting lain yang sama sekali bukan inti dari tujuan kegiatan ini. Total jumlah personel kontingen Peksiminas UNSRAT yang akan berangkat berjumlah 29 orang. 22 orang terdiri dari pegawai dan pejabat rektorat, sedangkan peserta yang akan berjuang mempertaruhkan nama Sulut hanya berjumlah 7 orang saja.
Merasa tidak puas, pihak peserta mencoba melakukan pembicaraan langsung dengan Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Prof.dr. Bernabas Harold Ralp Kairupan, MSc.,SP.KJ-KAR,KAD. Namun keputusan yang dihasilkan tetap sama, pelatih tak bisa diikutsertakan. Beliau beralasan bahwa pengadaan tiket untuk pelatih tidak diberitahukan dari jauh-jauh hari, sementara seluruh tiket untuk kontingen sudah dipesan. Alasan-alasan bertolak belakang yang terkesan mengada-ada ini mengindikasikan bahwa, memang tidak ada secuilpun kepedulian Pihak Birokrat UNSRAT untuk memajukan seni.
Memang tragis, agenda penting yang harusnya dijadikan ajang untuk mengharumkan nama Sulawesi Utara di panggung nasional, hanya dijadikan ajang liburan oleh sejumlah birokrat kampus. Keikutsertaan di Peksiminas hanya dianggap sebagai program rutin untuk menghabiskan anggaran yang memang sudah dialokasikan. Tak ada target prestasi, tak ada visi untuk menjadi lebih baik. Sayang memang...
wajah universitasnadalah sampah.
BalasHapus